THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, Januari 25

7 Hari

Seseorang itu. Aku hnya bisa melihat punggungnya saja. Sungguh malang. Dia hanya melintas di sebelahku. Dan ketika aku menyadari dia ada, aku hanya bisa menatap punggungnya. Sesaat aku berpikir. Ingin rasanya kubaringkan kepalaku di pundaknya. Tapi siapa dia ? Aku pun tak mengenalnya.
Sesaat mungkin aku berpikir terlalu dalam. Merasuk ke dalam alam bawah sadarku. Malam ini aku memimpikannya. Hal bruk. Tentang dia dan wanita di sebelahnya. Aku terbangun ketika bunyi petir sang weker berbunyi. Aku bergegas mandi.
Sekolah. Hari ini hari senin. Upacara, dan aku berdiri di belakang. Layaknya sekolah pada umumnya, mana mau murid khusuk untuk menghormati pahlawannya. Aku juga mengobrol. Dia berbaris sejalur denganku. Dan aku, kepalaku mulai berputar. Aku masih ingin melihat langit biru, tapi semua gelap.
Malu sekali, pingsan di tengah barisan upacara bendera. Aku dipulangkan karena kata Bu UKS aku sakit agak berat, sampai mimisan. Aku memang tahu, aku punya penyakit yang lebih berat. Aku sadar. Maka itu aku jarang bermimpi yang muluk.
Selasa. Dia berkunjung ke kelas. Kepalaku mulai bereaksi, bukan berputar, malah melemah dan menjadi berat. Aku hanya bisa menahan dengan tanganku dan menahan tangisku.
Aku sedih sekali. Mengapa di saat dia ada di dekatku aku hanya seperti patung yang menangis dalam hati.
Rabu. Aku masih ada di laboratorium. Cek darah. Aku hnya sendri. Aku tak menyangka dia ada juga. Aku tak menyangka pula akan menatapnya agak lama dan dia menyadarinya. Dia menyapaku dengan gaya canggung dan bertanya apa yang aku lakukan.
Dia mengantarku pergi dari tempat mengerikan itu. Kami tiba di pinggir jembatan gantung. Dia menjejaliku pertanyaan yang sama dengan nada penasaran. Aku memeluknya. Tak terasa air mata ini menetes. Aku tak bisa menyimpan hal ini sendiri saja. Aku harus berbagi. Dengannyalah aku berbagi. Aku menangis di pelukkannya, dan dia hanya diam saja. Beberapa saat kemudian dia mengucapkan selamat tinggal dan pergi berlalu. Aku kembali sendiri.
Kamis. Aku kaget sekali, teman sekelasku bilang dia sakit dan akan dioprasi siang ini. Apa ? Bukankah ia kemarin baru bersamaku.
Jum'at. Aku pulang sekolah dan menuju jembatan gantung. Dia ada di sana. Bukankah ia sakit ? Aku mendekatinya. Dia hanya berkata dia suka padaku. Kemudian berlalu.
Sabtu. Aku bercerita pada temanku apa yang terjadi di hari rabu. Ia kaget dan mengerutkan kening. Dia bilang, " Rabu pagi, dia udah dirawat." . Lalu siapa dia ? Dia yang menemuiku di lab, dia yang memelukku di jembatan, dia yang mengucapakan selamat tinggal. Siapa ? Adakah jiwanya berkelana mencariku ketika ia sdang terbaring lemah.
Minggu. Aku tau semua jawaban pertanyaanku. Dia. Bukan, maksudku jiwanya. Mencari aku untuk mengatakan apa yang sebenarnya ia rasakan yang juga aku rasakan. Kini, ia pergi. Jauh sekali, hingga punggungnya pun tak akan aku lihat lagi.

0 komentar: